Cinta Tidak Harus Memiliki
Namaku
Ratri, usiaku sekarang 17 tahun. Kisah cinta ini mungkin tragis,
mungkin kalian menganggapku bodoh, tetapi aku ingin membaginya dengan
kalian.
***
Aku
jatuh cinta pertama kali saat duduk di bangku SMP, kelas 1. Pemuda itu..
sebut saja Nicko. Dia bukan tipe pemuda yang disukai banyak siswi, aku
juga tidak tahu kenapa bisa menyukainya. Mungkin senyumnya yang hanya
berbentuk lengkung kecil, mungkin suara tawanya saat berhasil mencetak
gol ketika pelajaran olahraga, mungkin sikap diamnya, entahlah..
Waktu
itu aku terlalu malu untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Aku hanya
bisa diam-diam memperhatikan. Aku suka dengan wajah seriusnya saat
mengerjakan tugas kimia atau matematika. Wajah dan senyum yang berhasil
meluluhkan hatiku, membuatku selalu memikirkannya, tersenyum sendiri,
membayangkan jika dia menggandeng tanganku dan hal-hal alami yang akan
dirasakan saat seorang gadis sedang jatuh cinta.
Semua terasa indah..
Walaupun hanya dalam anganku saja.
Bodohnya,
aku tidak berani memberi sinyal rasa sukaku. Kami hanya seperti teman
biasa yang saling bercanda dan semua tampak biasa. Padahal, sejujurnya
aku ingin dia tahu perasaanku, dan berharap dia merasakan hal yang sama.
Ah cinta.. mengapa begitu rumit?
Saat
kelas 2 SMA, Yuda berpacaran dengan seorang siswi yang satu kelas
denganku. Jangan tanya betapa remuk hatiku menerima kenyataan tersebut.
Bunga cintaku harus layu sebelum berkembang. Tidak ada yang tahu
perasaanku, bahkan ibu dan sahabat-sahabatku, semua aku pendam seorang
diri. Aku berusaha menutup rapat perasaanku, menguburnya jauh-jauh.
Tetapi tidak bisa, aku tetap menyukai Yuda, mencintainya sepanjang
waktu.
Tahun
demi tahun berlalu. Aku sudah menyelesaikan kuliahku dan berpacaran
dengan seorang pria baik. Anehnya, aku masih saja memikirkan Yuda.
Seperti ada ganjalan aneh yang belum sempat aku sampaikan padanya.
Kondisiku
serba salah, hatiku masih mencintainya, aku ingin Yuda tahu bahwa aku
menyukainya, itu saja. Aku ikhlas jika cintaku bertepuk sebelah tangan.
Aku hanya ingin melegakan hatiku, agar aku merelakannya. Tetapi aku
tidak bisa melakukannya, aku sudah punya kekasih, dan Yuda.. tiga bulan
lagi (saat aku menulis kisah ini), dia akan menikah.
Aku mencintainya..
aku ingin dia bahagia,
walaupun bukan denganku.
Hingga
saat ini, dia tidak tahu bahwa aku menyimpan sepenggal hati untuknya.
Biarlah.. mungkin kalian menganggap kisah ini bodoh, tetapi aku tidak
punya kuasa untuk memilih dengan siapa aku akan jatuh cinta.
Mungkin apa yang sering dikatakan orang-orang benar adanya..
Cinta tidak harus memiliki.
Komentar
Posting Komentar